Sekali lagi-kekangan hati
Yah, aku sudah terlalu sering
menjadi orang yang selalu kau cari. Betapa bodohnya aku baru menyadari hal itu!
Hah! Tapi tetap saja prosentase gelap rasa ini lebih banyak menyelimuti. Hanya
getar abu-abu yang berupa sisa, terpancar dari tungku inginku.
Kuakui aku bodoh! Dengan mata
yang terbuka, aku buta oleh keadaan sekitar. Aku buta oleh mereka
disekelilingmu. Aku buta oleh kejora matamu. Aku buta oleh refleksi tubuhmu.
Sekecap status terlalu tertanam kuat di otakku.
Bagaimana bisa aku mengabaikan
kesempatan yang diidamkan oleh banyak gadis sebayaku? Nyatanya aku
mengabaikanmu! Aku memperlakukanmu dengan seenak hati. Bahkan aku tak merestu
pada penambahan umur. Ah, kuakui aku sungguh jahat.
Bukan karena kamu adalah kamu. Sedang perhatianku terlalu
atau mungkin selalu menuju pada Lelaki Pinus. Aku hanya takut berspekulasi pada
laku tubuh atau kejora yang terkadang meredupdari matamu. Bahkan tak ada
sebutan khusus untukmu. Ah, simpan saja.
-Lelaki Jati-
Pada bangku belakang,
24 Oktober 2013
Label: Fiksi mini