Kamu : Cinta diselip form Mandiri
Untukmu yang kusebut A.
Kamu dan aku memang tak saling kenal.
Kita hanya tahu nama masing-masing melalui name tag yang tersemat didada. Lalu,
bagaimana bisa kamu menyusup di celah-celah mimpiku?
Iya, kita memang sering bertemu
ditempatmu bekerja dengan senyumanmu yang menawan. Tapi, ah itu kan sudah
tuntutan profesi tempatmu yang mengharuskan tersenyum pada setiap nasabah.
Sayangnya, senyummu menjadi kokain
bagiku. Terlarang namun begitu menggoda. Pula aku sudah sangat sangat ketagihan
dengan senyum itu.
Jadi, bolehkah aku berharap untuk
memiliki seulas senyum milikmu?
Oke, katakan saja ini gila. Seorang
remaja SMA jatuh cinta pada seorang teller bank ternama hanya karena sebuah
senyuman? Iya, itu aku.
Hei, ralat. Bukan hanya sebuah senyuman!
Kita pernah berbincang-bincang sejenak.
Disela-sela waktu istirahatmu, diantara gemerincing koin rupiah, dan hiruk
pikuk nasabah yang cerewet. Iya kan? Mengakulah aku masih ingat itu!
Mungkin kamu tak tau dan tak akan pernah
tau, aku selalu mencari alasan agar dapat pergi ke tempatmu bekerja. Lalu aku
akan (diam-diam) mencuri pantulan bayanganmu didepan kaca etalase saat aku
mengisi form pengiriman uang. Tak hanya itu, sangat menyenangkan saat aku tahu
kamu mencuri pandang dan aku memergokimu dari balik antrian nasabah. Setelahnya
aku akan berusaha agar kamulah yang menangani kebutuhan transferku agar aku
dapat menikmati lekuk senyum milikmu.Sangat gila bukan?
Aku yakin, kamu akan tertawa keras saat
membaca tulisan ini (tulisan yang mustahil kau baca). Sangat sangat keras
hingga pelupuk matamu dipenuhi embun diujung-ujungnya.
Tertawalah sekeras-kerasnya.Aku maklum
kok.
Karena kamu tak pernah tau rasanya jadi
aku, nasabahmu yang sinting yang berani jatuh cinta padamu hanya karena
senyuman.
23
April 2014, 19.04
Saat
nasabahmu yang sinting ini merindukan lekuk kokain milikmu
Label: Fiksi mini
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda