Tentang inisial itu...
Ketika aku kembali terpaku pada sebuah inisial itu, H.
Entah memang
sebuah kebetulan semata atau memang sudah ada patokan pada inisial itu, H...
Inisial itu,
inisial pertama yang membuatku berbunga diumur yang terlalu dini.
Inisial yang
dapat membuatku benar-benar bungkam.
Inisial yang
membuatku terpaku di tempat.
Inisial
itu... Hajuk.
Sudah berapa tahun semua perasaan itu mengendap? 7 tahun? 8
tahun? Ah bahkan lebih! Iya, sudah selama itu perasaan tersebut mengerak,
bahkan hingga sekarang.
Harusnya kamu tau itu! Harusnya kamu tahu saat ekor mata ini
tak akan pernah puas mencari jika keberadaanmu tak ia temukan. Harusnya kamu
tahu, kejora ini akan padam jika tak bertemu dengan raut wajahmu. Harusnya.
Kamu. Tau.
Aku selalu merasa kalah.
Kalah dengan keadaan di sekitarku yang lebih mendukungmu
untuk tak sedikitpun ‘melihatku’.
Kamu, sejarah pertamaku dalam mengenal rindu. Pengajar
pertamaku dalam berangan-angan. Doa pertamaku dalam bermimpi, yang menjadikan
aku salah satunya-meskipun kamu adalah satu-satunya-
Dan, takdir membawaku pada sosok serupa kamu.
Ya, aku dipertemukan dengan seseorang lain yang berinisial
sama denganmu.
Seseorang yang bahkan tak pernah ku kenal. Seseorang dengan
senyum termahal, namun paling manis yang pernah ditangkap oleh retina mataku.
Seseorang yang awalnya terlihat menyebalkan. Seseorang yang dengan beraninya
mencuri kejoraku di kampus perjuangan ini. Seseorang yang pertama kali berhasil
membuatku ‘membagi hati’. Seseorang yang bahkan keberadaannya selalu
mengacaukan irama detak jantungku. Seseorang yang membuatku jatuh hati, Habib.
Repost, 13 februari
2015. 23.20
Asrama ITS, H-222
Label: Fiksi mini
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda