Kekangan fitri : Malam jenuh ditengah shalawat semesta
Kegalauan kembali mendadak menyerangku. Setelah
beberapa saat lalu ku lupakan segala tentangnya. Entah mengapa mendadak ia
kembali mengisi seluruh ruang fikirku. Semua serba baik-baik saja dari kemarin
– sejak keberangkatanku kesini – hingga pagi ini, sebuah kalimat sederhana
menampar kesadaranku telak! Mengingatkanku tentangmu.
Sayangnya kembali kamu bukan milikkku. Dan entah
mengapa aku merindukanmu secara tiba-tiba. Merindukan seluruh tentangmu.
Senyummu, tawamu, gaya bicaramu, dan bahkan aroma tubuhmu.
Tolong jangan datang dan mengisi ruang ruang fikirku
lagi!!
Sudah cukup kegalauan yang ditimbulkan olehmu.
Jangan beri aku harapan lagi dengan mantra-mantra ‘andaikan’ yang
melambungkanku!
Aku bahkan masih mengingat dengan jelas saat kau
ucap kata itu. Masih terngiang jelas kalimat itu. Tentang kita. Kamu dan aku.
Serta keabu-abuan perasaan ini. Berdengung terus dan terus diruang dengarku dan
menghapus seluruh daya sadarku.
Aku masih
ingat bagaimana caramu menatapku, caramu
meyakinkanku, semuanya... pula saat kita menghabiskan waktu bersama
ditengah-tengah malam yang jenuh. Diantara hiruk-pikuk manusia. Diantara
lebatnya gemerlap lampu. Diantara mimpi-mimpi dan perdebatan.
Aku merindukan semua itu. Merindukan waktu-waktu itu.
Waktu-waktu yang bukan milikku. :')
Diantara gema
Idul Fitri-Jember, 8 Agustus 2013.
Hingga kini, masih sering aku berfikir bahwa
memikirkan segala sesuatu tentangmu memang menyenangkan sekaligus menyesakkan.
Segala cara telah dicoba tuk membuangmu dari arus ingatanku. Namun, kembali kau
hadir lagi. Entah dari wajah lain, entah dari kalimat sederhana, atau kedip
kagum dari sepasang mata. Simple, namun cukup untuk mengacak-acak perasaan yang
telah kutata sedemikian rupa.
H-2 sebelum
Mahameru, 14 Agustus 2013
Label: Fiksi mini


0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda