Sekedar cerita penghilang luka..
Sejak awal aku tahu, bahwa mencampur aduk perasaan dengan
sebuah karya yang dihasilkan adalah tabu. Suatu hal yang dilarang. Tapi aku
berusaha jujur pada diri sendiri. Aku berusaha dekat dengan objek yang ku
tulis. Namun, apapun yang ku tulis hasilnya selalu nihil. Tanpa nyawa. Tanya
pun bergantung di pucuk ubun-ubun, apa yang salah? Maka lahirlah sebuah
pengakuan diri, yang kesemuanya ini selalu tentang kamu.
Cukup tahu diri dengan apa yang aku lakukan. Memalukan
memang.
Aku telah melakukan pelanggaran kode etik dengan
membiarkanmu menjamah lebih dalam tungku-tungku inspirasi, imajinasi dan emosi,
hingga apapun yang ku hasilkan selalu terkontaminasi oleh perasaan pribadi,
lebih tepatnya rasa jatuh cinta diam-diam yang teracuhkan.
Tidak! Ini
bukan sebuah curhatan ataupun sebuah cerita roman picisan dengan gaya remaja
masa kini! Sama sekali bukan!
Ini hanyalah
media, caraku untuk menyampaikan kegalauan tersirat yang tak pernah berhenti
menghantui tiap gerakku.
Aku lelah
dengan semua mimpi-mimpi yang menari di tiap malam dan menghadirkan sosokmu,
pula dengan setiap munajat yang ku tujukan padamu. Bahkan alunan lagu-lagu yang
berdendang indah dari sebuah radio disudut rumahku seolah ikut mengejek dan
menambah kemelut rasaku.
Tapi.. aku
senang dapat membagi kefrontalan ini, berbagi rasa tentangmu disini.
Aku dapat
menumpahkan semua, bercerita banyak tanpa takut ada orang lain yang tau siapa
“kamu” yang kutuju.
Karena aku
dan kamu memang tak pernah nyata.. dan mungkin itu untuk selamanya :’)
Suara hati kita bergema melantunkan
nada-nada
melagu tanpa berkata
Irama hati kita bernada
merayu tanpa bicara
melagu tanpa berkata
seperti syair tak beraksara
seperti puisi tanpa rima,
seperti itu aku padamu
Note :
tulisan ini nyata, dilatar belakangi dengan backsound Setapak Sriwedari-Maliq
And D’Essentials
Label: Fiksi mini


0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda